Perkembangan dunia menggombal saat ini terbilang pesat. Kalau dulu menggombal cuma sekedar, “lautan kan kuseberangi, gunung tinggi kan kudaki..”; atau yang agak modern seperti, “Neng bapaknya pengusaha agrobisnis ya? Soalnya hatiku terpupuk cinta Neng…”; yang terbaru sudah muncul “gombal syariah”.
Iya, “gombal syariah”. Semoga kemunculan gombal jenis ini karena arus islamisasi yang kuat. Mau tau contohnya? Nih… “Neng, abang siap jadi imam buat Neng…”
Tapi yah… gombal sekedar gombal. Entah lah bagaimana sebenarnya bacaan Qur’an si penggombal sehingga berani menawarkan diri menjadi Imam. Sebab, dalam sholat, bacaan Al-Fatihah yang salah bisa membatalkan sholat. Ini bukan salah karena lupa bacaan, tapi salah panjang pendek bacaan pun bisa batal. Jangan remehkan, karena salah memanjangkan/memendekkan sebuah bacaan bisa memberi arti yang berbeda, atau malah tidak ada artinya. Begitu juga salah pengucapan huruf.
Tidak hanya Al-Fatihah tentu saja, seorang Imam juga akan membacakan surat setelah Al-Fatihah. Kalau berani menawarkan diri jadi Imam, harusnya bacaan Qur’annya sudah benar-benar fasih.
Lalu bagaimana supaya gombalannya afdhol? Itu lah pentingnya tahsin.
Tahsin itu artinya kita memperbaiki bacaan Qur’an kita melalui seorang guru. Kata ini berasal dari bahasa arab. Hassana-Yuhassinu yang artinya membaguskan.
Banyak yang terjebak perasaan ghurur (tertipu), menyangka bacaan Qur’annya sudah cukup baik karena sejak kecil sudah belajar dengan seorang guru ngaji. Tapi ketika dites kembali oleh seorang musyrif (guru) yang mendalami tajwid (aturan-aturan bacaan Qur’an), tampak lah banyak kesalahannya.
Kesalahan membaca Qur’an ini ada dua tipe. Pertama, yang disebut dengan “Lahn Jaliyy” atau kesalahan tergolong fatal. Seperti salah baca baris, salah baca huruf, yang panjang dibaca pendek (dan sebaliknya), dll. Mau jadi imam tapi bacanya masih suka Lahn Jaliyy? Amit-amit dah.
Kesalahan kedua lebih ringan. Namanya Lahn Khafiyy. Kesalahan ringan, misalnya bacaan panjangnya masih kurang panjang. Bunyi dengung yang masih kurang tepat, dll. Selama masih belajar, kesalahan seperti ini ditolerir. Tapi kalau tidak mau belajar dan merasa benar, hati-hati kita termasuk orang yang ghurur.
Pernah ada pertanyaan iseng, “emang kita harus jadi orang Arab ya supaya bisa baca Qur’an?” Bukan begitu, tetapi karena Rasulullah memerintahkan untuk membaca Qur’an sesuai dengan dialek orang Arab, khususnya suku Quraisy.
“Bacalah AlQuran dengan cara dan suara orang Arab yang fasih”. (HR. Thabrani)
Allah swt juga memerintahkan membaca Qur’an ini dengan bacaan yang benar. “Dan bacalah Al Quran dengan tartil.” (Q.S. Al-Muzzammil 73: 4).
Seharusnya kesadaran memperbaiki bacaan Qur’an tidak sekedar datang dari keinginan membobotkan gombalan. Tapi karena keutamaan mempelajari Qur’an sendiri. Rasulullah saw memotivasi pengikutnya dengan sabda berikut:
“Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya” (HR. Bukhari, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majjah dan Addarini).
Di kesempatan lain Rasulullah saw bersabda, ”Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia.’ Beliau saw ditanya, ’Siapa mereka wahai Rasulullah?’ Beliau saw menjawab, ’mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Juga sebuah hadits berbunyi, “Orang yang membaca Al Qur’an dan dia lancar membacanya akan bersama para malaikat yang mulia dan baik. Dan orang yang membaca Al Qur’an dengan terbata-bata, ia mendapatkan dua pahala ” (Muttafaqun Alaih)
Nah, masih mau menggombal dengan mengumbar tawaran menjadi Imam ke cewek-cewek? Pertama, perbaiki dulu bacaan Qur’an kamu. Ikuti program tahsin di lembaga yang mengajarkannya. Kedua, perbaiki cara menggombalmu karena menggombal yang benar itu ketika sudah resmi dalam ikatan suami-isteri, bukan seperti playboy yang lagi pencitraan jadi orang sholeh.